Seni dan Kehidupan



Judul Buku                : Art & Levitation : Seni Dalam Cakrawala Quantum 
Penulis                        : M Dwi Marianto
Jumlah Halaman       : x + 254 halaman
Penerbit                      : Pohon Cahaya
Cetakan                      : 2015
ISBN                           : 978-602-0833-04-0

Seni dalam pandangan sempit, sering dianggap hanya berfungsi sebagai sarana hiburan untuk menghilangkan kepenatan di tengah rutinitas yang padat. Padahal lebih jauh dari itu, tanpa kita sadari, seni sangat bersinggungan dengan semua tataran kehidupan manusia.

Buku yang ditulis dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini, menyuguhkan pembahasan lingkup seni yang tidak dapat dipisahkan dari kondisi kehidupan manusia. Seni, sama halnya dengan bahasa, adalah hasil penggabungan antara ungkapan pikiran dan visualisasi atas lingkungan fisik, realitas budaya, dan permasalahan aktual yang melingkupi dan memengaruhi si kreator (hal 140).
Salah satu fungsi seni adalah sebagai media untuk menghadirkan hal-hal yang tadinya biasa-biasa saja, menjadi luar biasa. Melalui pengamatan mendalam yang biasanya mendahului proses kreatif, kekhasan atau keunikan sesuatu yang tadinya `bukan apa-apa` jadi istimewa (hal 14).
Tindak mengamati sangat penting dalam memahami seni. Sebab makna suatu karya seni baru ada manakala karya seni itu dibayangkan sebagai ruang imajiner untuk dimasuki, dengan demikian potensi-potensi virtual yang `ada` di dalam menyembul dan tampak untuk diamati dan dinyatakan. Bahkan secara lebih ekstrim lagi dapat dikatakan bahwa seni itu baru ada ketika diamati, sebelum diamati `tidak ada` padahal ada (hal 78).
Dalam membaca atau memaknai sebuah teks atau seni, seseorang harus mengarahkan perhatiannya pada makna objektif dari sebuah teks (karya seni, bacaan, dan sebagainya), terlepas dari maksud subjektif pengarang atau seniman  kreatornya atau orang lain(hal 115).
Dalam merasakan dan memaknai karya seni, tidak hanya terbatas pada pikiran, kita harus selalu mengaktifkan indra-indra kita untuk dapat melihat dan mengalami sesuatu, agar yang kita alami dapat senantiasa terasa baru dan segar (hal 218).
Dalam buku ini pembahasan kondisi lingkungan alam yang rusak juga menjadi sorotan, terutama pada bab dua belas. Seniman melalui kreativitasnya dapat turut serta mengembalikan kondisi lingkungan alam yang rusak dan melestarikan lingkungan alam, aktivitas berkesenian seperti ini sering disebut EcoArt.
Media dan aktivitas praktisi EcoArt banyak ragamnya, meliputi berbagai pekerjaan di bidang-bidang: seni lukis, fotografi, video, performance art, arsitektur, dan lain-lain (hal 226). Salah satu contohnya pelukis Edi Sarwono yang ide-ide estetiknya dipetik dari pengamatan reflektifnya atas lingkungan alam, mengkhususkan pada hal-hal yang berkaitan dengan pepohonan, sungai, dan kesinambungan ekosistem; flora, fauna, dan air. Ia pun sering menanam pohon di lahan-lahan terbuka dan membersihkan sungai sebagai hobi atau kegiatan sukarela (hal 230).  
Buku ini dapat membangun kesadaran pembaca, bahwa seni tidak hanya dilihat sebagai suatu karya yang terwujud, melainkan di dalamnya terdapat berbagai hal yang sangat bertautan dengan kehidupan manusia.
Untuk memudahkan berbagai pemahaman tentang seni, buku ini pun dilengkapi dengan kisah para seniman dalam berkreativitas, juga foto-foto hasil karya para seniman dari berbagai bidang. Namun sayangnya pada bab tujuh, penggunaan ukuran huruf di bab ini lebih kecil dibandingkan dengan bab lainnya, sehingga cukup mengganggu kenyamanan pembaca.

Comments