Jadi Pejalan Kaki di Era Ini

Berjalan kaki sendirian menjadi sesuatu yang menyenangkan, itu menurut saya mungkin karena tempat tinggal saya dekat dengan jalan raya sehingga aktivitas berjalan kaki menjadi sesuatu yang jarang dilakukan. Karena mau pergi kemana-mana  yang cukup jauh dari rumah meskipun gak bisa mengemudikan kendaraan sendiri saya bisa langsung memilih angkutan umum untuk sampai di tempat tujuan tanpa harus berjalan kaki dulu untuk memberhentikan kendaraan, cukup keluar dari halaman rumah angkutan umum itu lewat depan rumah.

Makanya untuk melakukan kesenangan berjalan kaki  ketika kuliah setelah turun dari bus kota di kawasan Asia Afrika menuju kawasan Jalan Lengkong Kota Bandung, saya sering kali berjalan kaki walaupun ada beberapa teman yang mengajak untuk menaiki kendaraannya saya tetap pilih jalan kaki. Ketika saya bekerja  pun kegiatan jalan kaki itu masih saya lakukan, malah lebih jauh jaraknya karena daripada ribet naik angkutan umum di Kota Bandung yang jalurnya muter-muter nggak jelas, sementara kalau ditempuh dengan jalan kaki waktu sampainya lebih cepat.

Nah, pas pindah kerjaan jadi copy writer yang kebanyakan dibelakang meja dan komputer, kebiasaan jalan kaki sangat minim saya lakukan selain turun dari Kopaja menuju menara di kawasan Kebon Sirih itu atau dari sana menuju Tugu Tani enggak ada lagi tambahan jalan kaki, akhirnya badan saya lebih banyak nggak nyamannya.

Tapi berjalan kaki sekarang ini enggak seenak masa saya masih kecil, bukan kaki saya yang tidak kuat lagi untuk berjalan jauh tetapi kondisi trotoar jalan yang sama sekali tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kadang saya harus berjalan kaki di tengah para pedagang kaki lima yang mencari peruntungan untuk menyambung hidupnya atau diantara parkir kendaraan sepeda motor dan mobil yang naik di trotoar, bahkan ketika jalanan macet jangan harap bisa nyaman berjalan kaki karena para pengendara sepeda motor yang diburu para penagih utang mungkin karena kreditan motornya jadi mereka masuk jalur trotoar, itu kondisi di pusat kota.

Lebih parah lagi beberapa waktu lalu saya sengaja berjalan kaki sendirian ke rumah teman saya yang tinggal di kawasan perbukitan yang berada di kaki salah satu gunung di Kabupaten Bandung. Selepas naik angkutan kota saya sengaja tidak naik ojek untuk mencapai rumah teman lama saya yang jaraknya sekitar 3 KM, saya kangen suasana alam yang masih hijau ketika saya seringkali main ke rumahnya dengan berjalan kaki pada saat saya masih kecil, tentunya saat itu saya berjalan bersama teman-teman yang lainnya sambil membawa bekal makanan yang biasanya kami buka ditengah perjalanan atau botram bersama di kebun orang. Dengan waktu tempuh bisa sampai dua jam karena langkah kecil kita yang sering terhenti karena ada saja diantara kita yang mengaku capek.

Pada waktu itu jumlah ojeg maupun kendaraan sepeda motor masih bisa dihitung dengan jari, apalagi mobil dalam waktu dua jam palingan hanya satu mobil yang lewat, dan banyak penduduk setempat yang berjalan kaki. Tetapi sekarang kondisi itu berubah, selain alamnya yang tidak hijau lagi karena berubah jadi perumahan, tiap tikungan selalu ada tukang ojeg, hanya sedikit sekali orang yang berjalan kaki, mobil berlalu lalang padahal kondisi jalan sempit dan juga rusak. 

Pulangnya saya memutuskan naik ojeg daripada enggak nyaman berjalan kaki tanpa diberi jalan oleh para pengendara itu. Semoga suatu saat saya bisa berkunjung ke negara yang memberikan fasilitas kenyamanan dan ramah kepada pejalan kaki seperti saya, Amin...



Comments

  1. Robahna jaman mawa robah kana kabiasaan jalmi anu ngajamananana.

    ReplyDelete
  2. Seperti kata Chairil Anwar "Ada Yang Berubah Ada Yang Bertahan Karena Zaman Tak Bisa Dilawan,...."

    ReplyDelete

Post a Comment