”Semuanya
akan menuju ke sana “
Sabtu,
27 Desember 2014 sekitar pukul 05.30 WIB, kejadian itu menimpa kami kembali,
peristiwa yang pasti menimpa siapun yang hidup dan harusnya kami siap menerima
takdir. Duka yang kami coba obati 21 tahun silam, datang kembali tanpa kami
bisa mengelak takdir.
Setelah
Minggu 14 November 1993, adik laki-laki kami meninggal diusia yang masih sangat
belia 3,5 tahun, dan kemarin Sabtu di penghujung tahun ini adik laki-laki kami
berusia 19 tahun yang kami anggap sebagai adik kecil karena sejak lahir telah
mengalami down syndrome dan autisme memporak-porandakan perasaan kami, air mata
kami benar-benar telah mengering karena luka batin yang sangat menganga.
Perjuangan
panjang derita yang sangat panjang dari lahir sampai usia lima tahun, dia
selalu bulak-balik rumah sakit dan pengobatan tradisional, berjuang untuk bisa
duduk, berdiri, dan berjalan kaki dengan normal, maupun penyembuhan organ dalam
yang sulit didiagnosa.
Kami
diberikan kebahagian dengan kondisi fisiknya yang cukup sehat dari usia 6 tahun
sampai resepsi khitanan di usia 12 tahun (tanpa henti kami sering melakukan
terapi ke berbagai pusat terapi anak down syndrome dan autis di Kota Bandung),
setelah itu semuanya berubah, seperti yang pernah saya baca dari berbagai
literatur, hanya sedikit harapan anak berkebutuhan khusus menjadi anak yang
normal. Tetapi kami tidak pernah berhenti berjuang melakukan upaya pengobatan,
setiap mendengar informasi penyembuhan selalu kami datangi, pada tahun 2011 kondisinya
mulai ngedrop, dia sudah tidak bisa berjalan hanya bisa berbaring, lambat laun
suaranya pun menghilang.
Kami
terus berupaya mencari kesembuhan dan berdoa kepada Sang Maha Pencipta berharap
kesembuhan, adik kami yang awalnya badannya gemuk terus mengecil dan hanya bisa
mengonsumsi bubur karena giginya satu persatu copot. Setelah didera penyakit
yang entah apa, karena medis tidak pernah bisa memberikan diagnosa yang pasti,
memang anak berkebutuhan khusus sudah mengalami kelainan pada organ bagian
dalam sejak mereka dalam kandungan.
Setiap
pergantian cuaca atau musim penyakit seperti flu, dia selalu terserang terlebih
dahulu karena sistem imunnya yang terus menurun. Terlalu banyak berbaring juga
menyebabkan bagian belakang tubuhnya decubitus, keluarga kami berupaya
memberikan pengobatan dan fasilitas untuk penyembuhan, dari membeli kursi roda,
tempat tidur seperti di rumah sakit, bantal air, kasur anti decubitus, pengukur
suhu tubuh, pengukur tekanan, dan oksigen.
Makanan
pun kami upayakan memberikan yang alami seperti beet, roti gandum, jus rumput
gandum, aneka buah-buahan, sayuran, kami semua belajar kembali kepada alam.
Tetapi Oktober lalu, adik kami diserang diare dengan tekanan darah yang menurun
dan suhu badan yang meningkat, kami bawa ke rumah sakit dan selama dua hari
berada di IGD.
Kondisinya
berangsur pulih, setelah diberi beberapa obat melalui infus diarenya berhenti,
dia kembali ke rumah. Namun dari Senin 15 Desember 2014, suhu badannya kembali
naik dan dia sudah susah untuk bernafas. Berbagai upaya kami lakukan, namun
sampai Selasa pagi 16 Desember 2014, kondisinya tidak membaik, kami pun
membawanya ke rumah sakit. Setelah diobservasi di IGD, HB adik kami benar-benar
ngedrop hanya 5,5 dan tekanan darah dan jantung yang menurun. Adik kami
didiagnosa mengalami anemia dan pendarahan pada lambung. Sebelumnya dokter
menyarankan rawat inap, kami setujui semuanya, namun baru beberapa menit masuk
rawat inap adik kami harus masuk ICU.
Ibu
kami langsung ngedrop dan histeris dengan kenyataan tersebut, beruntung kakak
laki-laki saya begitu kuat untuk menangani semuanya. Selama sembilan hari, adik
kami berada di ruang ICU, berbagai penanganan dilakukan dari mulai penambahan
tiga labu darah, pemakaian oksigen, pemasangan infus dengan obat untuk menaikan
semua kondisinya supaya stabil, pengukuran denyut nadi, oksigen darah, denyut
jantung dengan menggunakan berbagai peralatan dan monitor, juga pemasangan NGT
untuk mengeluarkan racun dan kotoran dalam lambungnya.
Saya
sudah tidak kuat lagi melihatnya hanya sesekali menengoknya, trauma di tahun
1993 selalu menghinggapi saya. Alhamdulillah, setelah berbagai penanganan adik
kami kembali stabil HB naik mencapai 10, dan di hari ke-10 dia pindah ke ruang
rawat inap.
انا لله وانا اليه راجعون, takdir telah sampai kepadanya di hari ke-12, adik kami kembali
kepangkuan Sang Khalik yang sangat menyayanginya.
Goodbye
my little brother
Goodby
my little fighter
We
love you
Always,
Forever
Comments
Post a Comment