Cerpen
Anak
Gadget
Dita
mondar-mandir di depan Ayah dan Ibu yang sedang duduk santai sambil menikmati
teh hangat, di halaman belakang rumah yang teduh karena banyak ditumbuhi pohon
jambu.
Ayah
heran melihat kelakuan putri kecilnya yang biasanya duduk manis di pangkuan Ibu,
“Dita ada apa, mondar-mandir seperti itu?,” tanya Ayah
Dita
terdiam sejenak sebelum akhirnya mulut mungilnya mengeluarkan suara, “Ayah dan
Ibu enggak bakal marah kan?,” ujar
Dita dengan ragu
“Kenapa
mesti marah?, “ suara Ibu terdengar sangat halus ditelinga Dita
“Ehm...aku
boleh meminjam Tablet PC Ayah enggak?,
sehari saja dibawa ke sekolah,” siswa kelas 4 SD ini pun hanya tertunduk
setelah selesai berucap
“Disuruh
sama Bu guru harus bawa tablet ke sekolah?,” Ayah tidak mengerti dengan
permintaan Dita
Dita
masih menundukkan kepalanya tidak berani menjawab pertanyaan Ayah
“Sini
Nak !“ Ibu meraih tangan Dita dan mendudukan Dita dipangkuan Ibu
“Coba
jelaskan kepada Ayah dan Ibu kenapa mesti membawa tablet ke sekolah, “ ucap Ibu
perlahan sambil membelai rambut anaknya yang panjang sebahu.
“Aku...cuma
ingin kasih tahu yang lain kalau aku juga punya tablet, soalnya teman-teman di
sekolah sering menjauhi Dita, karena enggak
pakai tablet di sekolah,”
“Dita
sayang, Ayah bukan enggak mau
meminjamkan tablet, tetapi itu dipakai Ayah buat bekerja,” Ayah mengehela napas
panjang
Beberapa
waktu ini tidak ada teman di sekolah yang mau bermain dengan Dita, karena
teman-teman tidak lagi berkomunikasi secara langsung, tetapi melalui aplikasi chatting yang ada di tablet. Padahal
teman-teman Dita duduknya berdekatan ataupun bersebelahan, bahkan ketika Bu guru
di depan kelas menerangkan pelajaran, ada beberapa teman Dita yang asyik dengan
tablet maupun ponsel pintarnya.
“Dita
sayang yang penting kamu bisa mengikuti pelajaran di sekolah dan nilai kamu
bagus, meskipun dijauhi teman-teman kamu tetap bisa belajar,” kata Ibu
“Iya
Dita, nanti kalau kamu sudah besar kamu bisa membawa gadget apapun sesuka
hati,” sambung Ayah
***
Pulang
sekolah Ibu sengaja menjemput Dita dan mengajaknya ke rumah Nenek yang berjarak
sekitar 10 km dari rumah Dita, baru sorenya Dita dan Ibu dijemput Ayah yang
baru pulang dari kantor kembali ke rumah.
Di
depan rumah Pak Imam yang letaknya persis di samping rumah keluarga Dita,
tampak ramai dan banyak tetangga kompleks yang berkumpul. Ayah, Ibu, dan Dita
tidak langsung menuju rumah, tetapi mendatangi rumah Pak Imam. Ternyata anak
Pak Imam, Doni yang juga teman satu kelas dengan Dita, sampai sekarang belum
juga pulang, sehingga membuat Ibu Imam berkali-kali pingsan karena sangat cemas
dengan kondisi Doni.
Semua
saudara dan teman-teman Doni sudah dihubungi sejak tadi Ashar, Doni yang ke sekolah selalu membawa ponsel
pintar dan tablet tidak bisa dihubungi. Namun semuanya tidak ada yang tahu
keberadaan Doni.
“Apakah
sudah lapor polisi?,” tanya Ayah kepada Pak RT
“Kami
sudah lapor polisi,”
“Sudah
dicari disekitar kompleks atau sekolah?,” sambung Ayah
“Belum
karena kita semua baru pulang kerja tadi
sore,”
“Gimana kalau kita bantu mencari juga
Pak?,” usul Ayah
“Ayo,
semuanya kita berpencar mencari Doni !,” komando Pak RT kepada warga yang dari
tadi berkumpul di rumah Pak Imam
Sementara
Ibu dan Dita ikut dengan ibu-ibu yang lain menemani Ibu Imam, sedangkan Ayah dan
bapak-bapak yang lain berpencar mencari Doni.
Satu
jam kemudian Pak Polisi mendatangi rumah Pak Imam, dia membawa serta Doni yang wajahnya
terlihat pucat dan baju seragam putih merahnya tampak lusuh, disusul
bapak-bapak yang lain dibelakang mobil patroli polisi.
Ibu
Imam sudah siuman dan terlihat tenang, berjalan menghampiri Pak polisi dan memeluk anaknya Doni yang
dipapah oleh Pak Polisi, “kamu kemana saja Nak ?, Ibu khawatir sekali,” suara
Ibu Imam serak dan terisak.
Doni
yang bertubuh tambun pun memeluk erat Ibu Imam dan Pak Imam sambil menangis
tersedu-tersedu.
“Tadi
kami dan warga menemukan Doni dibelokan jalan sebelum masuk kompleks,” ucap Pak
Polisi
“Kamu
tidak apa-apa?, terima kasih Pak atas bantuannya,” tutur Pak dan Ibu Imam
“Iya
Bu, sama-sama,“
Setelah
diberi minum, Doni mulai tenang dan bercerita apa yang terjadi pada dirinya. Doni
menceritakan ketika pulang sekolah dan berjalan sendirian sambil memainkan
tablet, tiba-tiba dibelakang ada mobil yang berhenti dan dari dalam mobil itu
dua orang pria besar menarik Doni dan memasukkannya kedalam mobil, Doni lupa ciri-ciri
kendaraan yang dipakai pelaku begitu juga dengan wajah penculiknya karena
semuanya memakai penutup wajah.
Semua
barang berharga yang dibawa Doni termasuk tablet dan ponsel pintar diambil
paksa oleh penculik, selama dua jam Doni diajak berputar-putar entah kemana
karena kaca mobilnya gelap, sebelum akhirnya diturunkan dibelokan menuju
kompleks.
“Untung
ya bu, Dita enggak jadi pinjam tablet Ayah untuk dibawa ke sekolah,” ucap Dita ketika
sampai rumah.
Ibu
dan Ayah hanya mengangangguk dan tersenyum mendengar apa yang dikatakan Dita.
Comments
Post a Comment