Mengetahui dan
mengenang sejarah bangsa, dapat dilakukan dengan wisata sejarah. Salah satunya
dengan mengunjungi Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa (SPB), di Gedung Arsip
Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jalan Ampera Raya No 7, Jakarta Selatan.
Relief Presiden
Republik Indonesia yang pertama sampai keenam berjudul “Senyummu Indonesiaku”,
menampilkan senyuman khas Soekarno, Soeharto, Bacharuddin Jusuf Habibie, Abdurrahman
Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono menjadi pemandangan
pertama yang akan kita temui di samping kiri pintu masuk Diorama SPB.
Diorama SPB
terdiri dari 8 hall yang menggambarkan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, dari
masa Kejayaan Nusantara sampai dengan Era Reformasi. Uniknya kita tidak hanya menemukan
penjelasan tentang sejarah dalam bentuk diorama, foto, dan relief, tetapi di
sini kita dapat memahami sejarah dalam balutan teknologi digital.
Nuansa tersebut sudah
dapat kita rasakan sejak berada di hall A, selain menghadirkan replika prasasti
peninggalan kerajaan yang ada di Indonesia, terdapat juga katalog digital dan
wall display tentang gambaran umum diorama yang dipamerkan di setiap ruangan.
Penjelajahan
dilanjutkan ke hall B, di ruangan ini kita bisa mengetahui profil singkat dari
140 pahlawan nasional secara interaktif dengan memilihnya, di katalog digital yang
bersinergi dengan layar monitor dan globe, yang dilengkapi dengan lampu light emitting diode (LED). Sehingga
saat memilih nomor profil pahlwan itu, maka akan terpampang data tertulis pada
layar monitor dan terdengar suara yang menjelaskan data tertulis tersebut, serta
lampu LED pada globe otomatis menyala di lokasi pahlawan tersebut berjuang.
Setelah disuguhi
profil pahlawan nasional dalam kemasan digital, selanjutnya kita diajak
mengetahui masa Kebangkitan Nasional yang tersaji di hall C. Dalam aula ini
tersaji floating diorama (diorama
mengambang) peristiwa Sumpah Pemuda yang berlangsung pada 28 Oktober 1928,
lengkap dengan teks Sumpah Pemuda yang tertera di balik kotak kaca diorama tersebut.
Selain menerangkan masa Kebangkitan Nasional, di sini bisa melihat diorama
peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, yang kini kita peringati
sebagai Hari Pahlawan. Tunggu dulu ! Jangan buru-buru melangkah ke hall D,
karena di lorong menuju ruangan selanjutnya terdapat diorama Jendral Soedirman
yang ditandu dalam memimpin perang gerilya pada Agresi Militer Belanda II.
Di hall D kita
akan bertemu dengan patung Fatmawati, yang sedang menjahit Sang Saka Merah Putih.
Patung Proklamator Soekarno yang didampingi Mohammad Hatta membacakan naskah
proklamasi. Jika kita menekan tombol di mikrofon maka akan terdengar suara sang
proklamator membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Sedangkan di
hall E kita bisa mendengarkan suara pidato kenegaraan, dari presiden pertama
sampai keenam yang dapat didengarkan satu persatu dengan menggunakan headphone. Melihat diorama berbagai
perundingan dan konferensi seusai perang kemerdekaan, seperti Konferensi Asia
Afrika yang berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung pada 18 - 24 April 1955.
Memasuki hall F
suasana mencekam begitu terasa, bentuk ruangan yang didesain mirip dengan gua
berwarna putih. Kita diingatkan dengan berbagai peristiwa pemberontakan yang
mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti peristiwa G 30 S/PKI
sampai dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Pada lorong gua paling belakang, kita
diajak menontop film dokumenter pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi dari
sumur di Lubang Buaya.
Pada hall G kita
dibawa kembali pada peristiwa Mei 1998, dengan desain ruangan berbentuk gedung
DPR/MPR lengkap dengan seni instalasi patung susunan massa yang menduduki
gedung perwakilan rakyat tersebut. Sambil mengelilingi miniatur gedung, kita
dapat mendengarkan pidato pernyataan dari Presiden Soeharto yang secara resmi berhenti
menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia yang kedua pada 21 Mei 1998. Hall H merupakan
rangkaian penutup perjalanan di Diorama SPB, di ruangan yang disebut dengan
teater renungan, memutarkan beberapa film dokumenter yang mengisahkan sejarah
perjuangan bangsa dari 1942 sampai Era Reformasi.
Berpakaian Sopan dan Rapi
Untuk sampai di
Diorama SPB jika menggunakan mobil pribadi, bisa memilih melalui jalan tol
lingkar luar Jakarta ruas Pondok Pinang - TMII keluar di gerbang tol Ampera.
Dari gerbang tol tersebut jaraknya sekitar satu kilometer menuju lokasi.
Sedangkan bila menaiki kendaraan umum bisa menggunakan angkutan kota (angkot)
KWK S11 Terminal Lebak Bulus – Pasar Minggu atau Kopaja S605A Blok M – Ragunan
yang melintasi gedung ANRI.
Dalam menjelajahi
Diorama SPB yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada 31
Agustus 2009 ini, kita tidak dipungut biaya dan ada petugas pemandu yang siap
mendampingi.Namun sayangnya
dari tata tertib yang tertulis di samping kanan pintu masuk dan keterangan petugas,
pengunjung tidak diperbolehkan untuk memotret di dalam seluruh ruangan Diorama
SPB. Kita hanya bisa menyimpan pengalaman tentang petualangan di Diorama SPB, dalam
ingatan dan leaflet yang diberikan petugas saat kita mengisi buku pengunjung.
Pengunjung wajib mengenakan pakaian sopan dan rapi
artinya, tidak diperkenankan memakai kaos oblong dan sandal jepit, masuk ke
Diorama SPB yang buka setiap hari dan tutup pada hari libur nasional. Pengunjung
juga harus menjaga kebersihan dan tidak merusak alat peraga dan apapun yang ada
di dalam ruangan tersebut.
Sabtu, 16 Agustus 2014
Comments
Post a Comment